Rabu, 11 Agustus 2010

Pencinta musik Tanah Air tidak akan lupa pesona Slash, lead guitar kelompok Iegendaris Guns and Roses (GNR), di atas panggung, dengan rokok di mulut dan gitar Gibson Les Paul di lengan. Ketika Slash memutuskan manggung di Indonesia dalam konser bertajuk Surya 12 Premium Slash World Tour Concert, sekitar 3 ribu orang langsung membanjiri Istora Senayan, Jakarta, Rabu (3/8) malam.
Oleh Harso Kurniawan
Setelah dihibur beberapa artis lokal, yaitu Abdee Slank, Yoyo Padi, Thomas Gigi, dan Candil, Slash akhirnya muncul juga. Sontak penonton yang hadir langsung berteriak histeris. Malam itu Slash tampil memakai celana kulit ketat dengan atasan kemeja buntung. Dia masih seperti dulu dengan topi sulap dan kacamata hitam bulat, serta rambut gondrong keriwil yang dibiarkan tergerai.
Dia ditemani Myles Kennedy (vokal) yang tampak cool dengan kostum serba hitam. Sedangkan Bobby Schneck (gitar) mengenakan kaus hitam ketat, demikian dengan Todd Kerns (bas), dan Brent Fitz (drum).
Tanpa basa-basi, Slash langsung memainkan jari-jari ajaibnya di lagu Ghost Penonton mulai berjingkrak mengikuti ketukan lagu yang dinamis. Tak mau kehilangan momentum, Slash langsung menggeber lagu kedua berjudul Mean Bone.
Slash tidak berhenti sampai di situ. Dia ingin membawa penonton ke puncak ekstase permainan musiknya. Maka meluncurlah-A//tf Train, salah satu hits GnR dalam album Appetite for Destruction.
Sembari memainkan jarinya yang lincah, Slash menghibur penonton dengan mengentakkan kaki kirinya berulang-ulang. Dia lari ke kiri kanan panggung sambil sesekali melompat Aksi ini membuat penon-ton histeris dan terpancing membuat koor saat di bagian reff.
Emosi penonton tetap tinggi saat Dirty Little Thing koleksi Velvet Revolver, salah satu band yang dibentuk Slash bareng Scott Weiland (vokalis Stone Temple Pilots), dan Back From Cali dimainkan dengan apik. Setelah lagu itu kelar, Slash mengambil slide gitar dan memainkan Beggars And Hangers On milik Slashs Snakepit.
Penonton rupanya mulai tidak sabar mendengarkan lagu GnR lagi. Slash menjawab itu dengan memainkan Civil War. Myles tidak bernyanyi sendirian di lagu ini. Koor penonton kembali mengguncang Istora. Dahaga penonton terhadap lagu GnR kembali dipuaskan dengan lagu berikutnya, Rocket Queen.
Ketukan drum ala rockroll membuat penonton kembali bergoyang. Mereka menepukkan tangan ke atas mengikuti ajakan Slash di bagian akhir lagu.
Aksi panggung Slash berlanjut lewat lagu Fall To Pieces dan Sucker Train. Di tengah Sucker Train, Slash pamer skill blues ke penonton. Dia memamah seluruh bagian gitar dari fret awal hingga akhir, dari senar enam hingga senar satu.
Sambil mengangkat gitar sejajar dengan lengan, Slash memainkan skala pentatonik dengan indah, diselingi bending dan permainan volume. Penonton terperanjak melihat permainan blues dengan penjiwaan tingkat tinggi. Penonton juga disuguhi aksi solo drum, sebelum masuk ke Nothing To Say, lagu kolaborasi Slash dengan vokalis Avenged Se-venfold, M Shadows.
Kelar dengan Nothing to Say, Slash memainkan lagu baru, Starlight, yang diciptakan bareng Myles Kennedy, disusul Watch This. Slash rupanya belum puas dengan aksi solo bluesnya. Dia kembali melakukan aksi solo sambil sesekali diiringi dentuman bass dan pedal drum.
Slash tahu penonton mulai bosan dengan aksi solonya Dia seperti ingin melihat penonton menyanyi bareng dengan Myles. Akhirnya, yang ditunggu-tunggu datang juga. Slash maju ke depan panggung dan mulai memainkan Sweet Child OMine.
Penonton belum pernah teriak sekeras ini. Saking kencangnya, suara penonton mengalahkan vokal Myles. Mereka begitu bersemangat menyanyikan lagu GnR yang paling ngetop ini.
Slash memberikan penghormatan pada Myles dengan membawakan Rise Today milik Alter Bridge. Selanjutnya, Slash memainkan hits Velvet Revolver, Slither, yang sempat gencar diputar MTV Indonesia. "Kalian benar-benar gila," ujar Slash kepada penonton.
Slash ingin menutup konser dengan manis. Usai membawakan By The Sword, gitaris bernama asli Saul Hudson ini memainkan tembang pamungkas, Paradise City. Adrenalin penonton yang mulai menurun kembali terbakar.
Nyanyi bareng, saling lompat, dan sedikit aksi dorong-dorongan kembali meramaikan Istora.Namun, aksi dramatis ini harus ditutup setelah berlangsung selama hampir dua jam. Di tengah riuh-rendah teriakanpuas dan pujian penonton, Slash bareng empat sohibnya membung-kukkan badan dan mengucapkan selamat tinggal kepada penonton.
Alang Nostalgia
Guns n Roses (GnR) mengentak publik musik global pada 1987 lewat album Appetite for Destruction. Tembang Sweet Child OMine dan Paradise City terus diputar di MTV dan radio-radio Amerika Serikat (AS), termasuk di Indonesia.
GNR makin melambung saat merilis album ganda, Use Your Illusion /dan Use Your Illusion II pada 1991. Dua album ini menghasilkan hits, seperti November Rain, Dont Cry, dan Estranged.
GNR berada di puncak kala itu. Use Your Illusion menyabet 14 plan- num dan terjual lebih dari 10 juta kopi. Kesuksesan membuat Axl Rose, sang vokalis, mulai pongah dankerap bikin ulah.
Tapi itu tidak berlangsung lama. "Si Gembel" asal Seattle, Kurt Co-bain, tampil sebagai pembinasa era hard rock dan heavy metal yang diusung band, seperti GnR dan Motley Crue. Nirvana yang dibesut almarhum Cobain berkibar dengan aliran baru, grunge, dan mampu menggerus dominasi hard rock.
GnR mulai goyang. Satu per satu personel mulai hengkang. Kini hanya Axl personel lama GnR yang masih bertahan. Sementara lainnya yang cukup dominan, seperti Slash {lead guitar), hengkang dan membentuk band baru.
Slash lahir di Hampstead, London, Inggris, pada 23 Juli 1965. Ibunya adalah seorang kulit hitam Amerika, - sedangkan ayahnya kulit putih Inggris. Kedua orangtuanya bergerak di bidang seni.
Keluarga Slash pindah ke Ame-rika saat Slash berumur 11 tahun. Di usia 15 tahun, Slash mulai belajar gitar dan membentuk GnR bersama Matt Sorum dan Axl. Kedatangan Slash ke Jakarta merupakan rangkaian dari tur Slash Feat Myles Kennedy World Tour Concert 2010.
Konser Slash di Jakarta tak ubahnya seperti nostalgia bagi para pencinta GnR. Meski bukan Axl yang tampil sebagai penyanyi, penonton cukup terhibur dengan aksi beringas Slash dan lengkingan vokal Myles.
Penonton yang berasal dari berbagai kalangan, dari mulai pekeria hingga pelajar serasa dibawa kembali ke era 90-an, di mana hard rock begitu berkuasa. Konser Slash bisa menjadi alternatif hiburan di tengah hiruk pikuk lagu rock melayu dan elektro pop dance yang diusung Lady Gaga.
Entitas terkait
Ringkasan Artikel Ini
Pencinta musik Tanah Air tidak akan lupa pesona Slash, lead guitar kelompok Iegendaris Guns and Roses (GNR), di atas panggung, dengan rokok di mulut dan gitar Gibson Les Paul di lengan. Ketika Slash memutuskan manggung di Indonesia dalam konser bertajuk Surya 12 Premium Slash World Tour Concert, sekitar 3 ribu orang langsung membanjiri Istora Senayan, Jakarta, Rabu (3/8) malam. Emosi penonton tetap tinggi saat Dirty Little Thing koleksi Velvet Revolver, salah satu band yang dibentuk Slash bareng Scott Weiland (vokalis Stone Temple Pilots), dan Back From Cali dimainkan dengan apik. Setelah lagu itu kelar, Slash mengambil slide gitar dan memainkan Beggars And Hangers On milik Slashs Snakepit. Sambil mengangkat gitar sejajar dengan lengan, Slash memainkan skala pentatonik dengan indah, diselingi bending dan permainan volume. Slash tahu penonton mulai bosan dengan aksi solonya Dia seperti ingin melihat penonton menyanyi bareng dengan Myles. Di tengah riuh-rendah teriakanpuas dan pujian penonton, Slash bareng empat sohibnya membung-kukkan badan dan mengucapkan selamat tinggal kepada penonton. Di usia 15 tahun, Slash mulai belajar gitar dan membentuk GnR bersama Matt Sorum dan Axl. Meski bukan Axl yang tampil sebagai penyanyi, penonton cukup terhibur dengan aksi beringas Slash dan lengkingan vokal Myles.